Ma’af saya berubah pikiran, lebih tertarik dengan tawaran kebebasan.
Setidaknya, tidak untuk saat ini,,
Bukan, bukan karena ada yang salah, semua berjalan sewajarnya, hanya saja saya bahagia begini.

Mengintip anak kecil itu memang menyenangkan, wajar saja binar mata mereka selalu memancarkan ketulusan.

Kata Anis Mata tentang anak-anak, *Bagi mereka, realitas yang sesungguhnya adalah realitas yang mereka persepsikan. Bukan realitas yang ada di luar sana seperti yang dilihat oleh orang biasa. Bangku bisa dipersepsikan sebagai rumah. Tongkat bisa dipersepsikan sebagai senjata. Dunia menjadi sangat ringan dan fleksibel di mata mereka. Karena itu, dunia anak selalu indah, selalu penuh kenangan.*

Sekali-sekali sepertinya perlu begitu. Menjadikan realitas adalah apa yang dipersepsikan, bisa puas menguasai hati,hhe.

Yang terlihat, ujian adalah tantangan. Hingga diri termotivasi untuk terus melaluinya,,
kesedihan adalah peluang, momentum mendekatkan diri padaNya,,
Kecewa adalah titik balik, karena kita perlu mundur 1 langkah untuk melompat jauh berlangkah-langkah,,

Lalu banyak lagi persepsi lain yang harusnya dapat kita buat sendiri, menjadikan diri senyaman yang diharapkan.

Pada akhirnya kita kembali sadar bahwa hidup ini sudah ada yang mengaturnya, telah tertulis dengan titahNya…
Mari lalui hidup dengan sederhana tanpa beban, karena saya tidak suka dengan kerumitan.

Tinggalkan komentar